MANAGEMEN KEPERAWATAN PADA BAYI YANG MENGGUNAKAN VENTILATOR
by
Bambang Priyono
ABSTRAK.
Kalau ditinjau dari dependensinya
maka pasien di ruang intensif tergolong high dependent yang sangat bergantung
pada penanganan perawat dan tim intensive care lainnya. Perawat harus memantau secara terus menerus 24
jam (secara bergiliran). Bila terjadi kondisi kritis maka perawat akan
mengambil langkah awal sesuai prosedur serta segera melaporkan pada dokter
intensivist yang bertugas untuk mengembalikan stabilitas kondisi pasien agar
terjamin kesembuhannya.
Salah satu
permasalahan pada pasien di intensif care adalah pasien yang menggunakan alat
bantu nafas mekanik. Pasien bayi yang mengunakan alat bantu nafas memiliki
kekhususan tersendiri baik karena perbedaan anatomi, fisiologi, maupun dalam
cara pendekatan psikologi. Secara umum
yang perlu diperhatikan dapat dikelompokkan menjadi 3 hal yakni; Kondisi fisiologi pasien, interaksi pasien
dengan ventilator dan kondisi ventilatornya sendiri. Kalau, pasien bayi dengan
ventilator yang semula saturasi perifernya baik, secara tiba tiba saturasi
perifernya menurun dan nafasnya menjadi makin sesak, seringkali membuat kita
panik dan bingung harus berbuat apa.
PENDAHULUAN.
Salah satu ciri khas
pasien yang dirawat di ruang intensif
adalah kondisinya yang tidak stabil terutama dari segi jalan nafas, pernafasan
dan hemodinamika maupun mikrosirkulasinya. Di samping itu, unit pelayanan ICU mempunyai
ciri biaya tinggi, teknologi tinggi, multi disiplin dan multiprofesi
berdasarkan azas efektivitas, keselamatan dan ekonomis. (1) Evolusi ICU yang berawal tahun 1950-an saat terjadi wabah Poliomyelitis di
Scandinavia di mana terjadi banyak kematian karena kelumpuhan otot otot
pernafasan. Dokter dokter anestesia pada waktu itu melakukan intubasi dan
memberikan bantuan nafas sebagaimana dilakukan selama anestesi. Pada perkembangannya ; ……..Saat ini pelayanan ICU tidak terbatas hanya pada pasien pasca bedah
tetapi meliputi berbagai jenis pasien dewasa, anak, yang mengalami lebih dari
satu disfungsi/ gagal organ. Kelompok pasien ini dapat berasal dari unit gawat
darurat, kamar operasi, ruang perawatan, ataupun kiriman rumah sakit lain. (
Iqbal Mustafa, Pengantar. Standar Pelayanan ICU. DitJen YanMed DepKes RI 2003)
Perawat adalah bagian
tak terpisahkan dalam penanganan pasien di rumah sakit. Terlebih lagi dalam
menangani pasien di ICU. Kemampuan
seorang perawat untuk merawat pasien dengan ventilator di ICU menjadi penting
untuk mendukung kerjasama Tim di ICU.
Pada pasien bayi yang nafasnya ditopang dengan ventilator perlu mendapat
perawatan yang seksama. Pasien bayi yang mengunakan alat bantu nafas memiliki
kekhususan tersendiri baik karena perbedaan anatomi, fisiologi, maupun dalam
cara pendekatan psikologi. Pemantauan bukan hanya pada ventilatornya saja,
namun keseluruhan dari pasien. Secara
umum yang perlu diperhatikan dapat dikelompokkan menjadi 3 hal yakni; Kondisi pasien, interaksi pasien dengan
ventilator dan kondisi ventilatornya sendiri.
KONDISI PASIEN
Memperhatikan apakah jalan nafas (dalam hal ini endotrakheal
tube/ETT) masih pada posisinya merupakan urutan nomer satu dalam merawat pasien. Terjadinya “one lung
ventilation” karena endotrakheal tube yang terlalu “dalam” senantiasa
dimonitor. Panjang endotrakheal pada
bayi dengan ventilator diberi tanda secara seksama mengingat trakheanya yang
realtif pendek sehingga peluang dislokasi menjadi besar. Tabel
1: Perkiraan panjang ETT .(2)
AGE
|
Approximation
Distance of Insertion (cm)
even
with Alveolar Ridge
|
Preterm< 1 kg
|
6
|
Preterm< 2 kg
|
7 – 9
|
Term Newborn
|
10
|
1 year
|
11
|
2 years
|
12
|
6 years
|
15
|
10 years
|
17
|
Di samping masalah dislokasi, peluang terjadinya sumbatan ETT
baik karena terlipat atau tersumbat sputum atau benda lain di dalamnya. Suctioning dilakukan manakala ada
sekret/ dahak yang menghambat jalan nafas. Menjaga kebersihan mulut (oral
hygiene) tetap dilakukan dengan tetap menjaga posisi ETT.
Tabel 2 : Pemilihan ukuran kateter suction.(3)
ETT (ID)
|
Suction
Cath (Fr)
|
2.5
|
5 , 6
|
3
|
5 , 6 –
8
|
3.5
|
8 – 10
|
4
|
8 - 10
|
Melakukan suctioning harus secara lembut namun cepat ( 5
detik). Beberapa bahaya dapat menyertai prosedur suctioning.
Tabel 3 : Bahaya bahaya suctioning.
(3)
Bahaya bahaya suctioning
|
1. Bradycardia
a. vagal response
b. hypoxemia-induced
|
2. Hypoxemia
|
3. Mucosal damage
|
4. Atelectasis
|
5. Airway
Contamination
|
6. Accidental
extubation
|
Memasang saturasi perifer diatur sedemikian rupa sehingga light source melewati arterial dan
berhadapan dengan photodetector.
Beberapa hal yang dapat mempengaruhi ketepatan pengukuran saturasi perifer
antara lain ; kadar hemoglobin, aliran darah arterial pada pembuluh darah, suhu
di mana sensor diletakkan, oksigenasi dari pasien, persentase gas yang
diinspirasi, cahaya sekitar sensor, serta venous return disekitar probe.(4) Hendaknya
pemantauan atas pernafasan bukan hanya pemantauan atas saturasi perifer saja. Memperhatikan
pola pernafasan pasien dapat di mulai dengan menghitung frekuensi nafas bukan
dari monitor namun dari gerakan dada bayi. Simetrisitas gerakan dada bayi dapat
dipantau dengan melihat, mengetuk ngetuk (perkusi) ataupun dengan auskultasi
pakai stateskop. Adanya ronkhi, wheezing
atau suara nafas tambahan lainnya jangan terlewatkan dari pemantauan. Boleh jadi dari
laporan perawat maka dokter menindaklanjuti dengan pemeriksaan rontgen.
Secara klinis pemeriksaan hemodinamika dengan memperhatikan
Perfusi, pengisian kapiler, nadi dan tekanan darah jangan ditinggalkan. Pada
anak anak, penilaian perfusi, pengisian kapiler dan nadi merupakan indikator yang
lebih “reliable” pada kondisi hipovolemik dibanding pengukuran tekanan
darah. Hal tersebut karena perubahannya
lebih dini pada anak yang mengalami shock, sedangkan penurunan tekanan darahnya
akan menurun belakangan.
Produksi urine menjadi fokus perhatian sebagai bagian dalam
perhitungan keseimbangan cairan. Jumlah
cairan keluar dalam bentuk urine cairan lambung ataupun drain dan lain lain
dicatat dari waktu ke waktu. Periode waktu ini bergantung pada kondisi pasien. Boleh
jadi tiap jam harus diukur karena produksi urine yang cenderung kurang
jumlahnya. Secara umum bayi dengan ventilator diatur cairannya agar tidak
kelebihan, kecuali pada kasus tertentu yang sedang direhidrasi.
Pipa lambung rutin dipasang pada bayi dengan bantuan nafas
ventilator. Pipa lambung ini memberikan kemamnfaatan untuk dekompresi lambung
agar lambung tidak kembung. Lambung yang
kembung dapat mengganggu pergerakan diafragma yang pada gilirannya akan mengganggu
pernafasan bayi. Pada penanganan jangka selanjutnya di mana peristaltik dalam
batas normal maka pemberian feeding dapat melalui pipa lambung ini. Dalam
memberikan Feeding melalui pipa lambung ini dipantau secara seksama kemampuan
serap dari lambung dan saluran cerna agar tidak berisiko aspirasi.
Memantau temperatur bayi dengan bantuan nafas ventilator
bukanlah sekadar rutin. Peningkatan suhu tubuh akan mengubah pola nafas.
Pengamatan lebih jauh tentu harus dilakukan atas peningkatan suhu tersebut,
boleh jadi karena cairan yang kurang, infus atau IV line sudah mulai phlebitis karena waktunya untuk diganti
baru atau mungkin memang ada infeksi baru.
Pada posisi tidur terlentang diupayakan anti-trendelenberg 20
– 30 derajat, kepala lebih tinggi. Hal tersebut menghindarkan risiko
regurgitasi aspirasi. Memiringkan ke kanan dan ke kiri paling tidak tiap 2 jam
untuk mengurangi risiko decubitus
INTERAKSI PASIEN DENGAN
VENTILATOR
Ada 4 konsep ventilasi yang mengemuka yang diyakini secara
bermakna mempengaruhi angka kematian,
kesakitan dan “kenyamanan” pasien. (5). Yang pertama Aliran udara
inspirasi (The Inspiratory gas flow). Kedua optimalisasi interaksi
pasien-ventilator yang merupakan hal esential untuk kenyamanan pasien dan untuk
mengurangi lamanya ventilasi. Ketiga, data yang menunjukan bahwa Ventilasi
dengan Volume Tidal rendah memperbaiki angka kematian pada pasien dewasa dapat
juga diterapkan pada pasien anak. Keempat, jika ventilasi Vt rendah diterapkan
secara akurat pada bayi dan anak kecil maka pengukuran Vt secara akurat harus
didapatkan.
Perawat dengan keberadaannya selama 24 jam di samping pasien
menjadikannya tahu perkembangan Interaksi pasien – ventilator dari waktu ke
waktu. Di panel monitor ventilator akan tampak berbagai data keluaran dari
pengaturan ventilator. Di antaranya menyangkut
•
Airway / circuit / tracheal pressures
•
Circuit gas flow
•
Delivered Volume
•
Circuit gas concentration
•
In
summary, it is important to optimize the patientventilator
•
interaction
by optimizing the ventilator settings
•
before
resorting to sedation. Sedative use in the first 24
•
hours
of weaning from mechanical ventilation influences
•
the
duration of mechanical ventilation and extubation failure
•
in
infants and children.
KONDISI VENTILATOR
Dengan memeriksa tekanan dimaksudkan memeriksa Sumber oksigen
dan compress air apakah telah telah
tersambung baik Melakukan test kebocoran dan fungsi dilakukan sebelum ventilator dihubungkan dengan pasien.
Lung Test ada baiknya dipakai untuk mengkonfirmasi setting ventilator. Humidifier dipastikan berfungsi baik dengan
merasakan suhu yang terjadi, atau mungkin menggunakan Filter HME (heat
mouisturing exchanger) . Batas batas alarm dipastikan pada batas yang tepat.
Alat alat kelengkapan suction perlu dicek apakah telah
disediakan dan berfungsi baik bila sewaktu waktu diperlukan. Bukan saja mesin
suction atau outlet tekanan negatifnya, namun berapa tekanan yang bisa
dihasilkan dan ukuran kateter yang dibutuhkan juga telah dalam jangkauan.
Yang tidak boleh terlewatkan keberadaannya adalah Jackson rees beserta face mask yang pada kondisi emergensi
amat dibutuhkan.
DOPES.
Suatu kala, pasien
bayi dengan ventilator yang semula saturasi perifernya baik, secara tiba tiba saturasi
perifernya menurun dan nafasnya menjadi makin sesak. Menduga bahwa hal itu dikarenakan probe saturasinya terlepas hendaknya
dilakukan belakangan. Yang perlu dipikirkan kemungkinan telah terjadi DOPES.
Dalam hal ini pikirkan kemungkinan terjadi Dislokasi ETT, atau Obstruksi
ETT, atau terjadi Pneumothorax
tension atau Equipment (ventilator)
Problem atau juga karena Stomach
distented. Maka ventilasi bayi ambil alih dengan menggunakan jackson rees
sambil mengevaluasi ETT dan ventilasi. Bila semua dalam batas baik boleh jadi
karena hemodinamika dan mikrosirkulasi yang menurun.
Kepustakaan.
1. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan
RI : Standar Pelayanan ICU. 2003. Hal 5.
2. Melissa Wheeler et al ; Pediatric Airway in Cote Todres
Goudsouzian Ryan, A Practice of Anaesthesia for infants and Children. WB
Saunders, Philadelphia, 2001 p.93.
3. Kent Whitaker, Comprehensive Perinatal & Pediatric
Respiratory Care 3rd Ed.Delmar thomson learning, United States 2001.
P 165.
4. Debra J.Lynn-McHale et al ; AACN Procedure Manual for
Critical Care 4th ED. WB Saunders.
Philadelphia, 2001. P. 77.
5. Ira M
Cheifitz ; Invasive and non invasive Pediatric Mechanical Ventilation. Respiratory
Care , april 2003.